PREDIKSI PREEKLAMPSIA
PADA KEHAMILAN TRIMESTER I - II
Tutor:
Prof. Dr. I. OETAMA MARSIS, Sp.OG
Oleh :
I R W A N D I (05-009)
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PERIODE 12 JULI 2010 – 4 SEPTEMBER 2010
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
Prediksi Preeklampsia Pada Kehamilan Trimester I-II
I R W A N D I
05-009
Departement Obstetri dan Ginekologi
Periode 12 juli 2010 – 4 September 2010
Fakultas Kedokteran UKI
Jakarta.
ABSTRAK
Preeklampsia (PE) adalah sindrom yang merupakan komplikasi 3-5% dari
seluruh kehamilan dan bertanggung jawab terhadap tingginya tingkat
angka kesakitan dan kematian ibu dan janin. Cara-cara tes untuk
memprediksi deteksi dini kehamilan yang dapat berkembang menjadi
preeklampsia tetap belum ada yang memuaskan. Meskipun tidak ada kemajuan
besar yang telah dicapai dalam pengobatan PE, kemampuan kita untuk
mengidentifikasi perempuan dengan resiko tinggi telah meningkat pesat
selama beberapa dekade terakhir. Sangat diperlukan cara deteksi dini
atau prediksi PE dengan sensitivitas tinggi dan dengan petanda spesifik.
Bermacam-macam cara yang digunakan sebagai prediksi untuk preeklampsia
diantaranya adalah dengan arteri uterina, arteri spiralis, color
Doppler, volume plasenta, HCG, PAPP-A, ADAM12, faktor angiogenik, sEng,
PP 13, P-selektin, dll. Saat ini, tidak ada tes klinis tunggal yang
berguna untuk prediksi PE. Oleh sebab itu direkomendasikan untuk
menggunakan tes skrining gabungan/kombinasi berbagai cara untuk
memprediksi preeklampsia. Jurnal ini berfokus pada prediksi preeklampsia
pada kehamilan berdasarkan model prediktif multifaktorial, untuk
prediksi onset awal dan akhir PE.
Kata Kunci: prediksi, preeklampsia, arteri uterine, arteri spiralis,
color Doppler, volume plasenta, HCG, PAPP-A, ADAM12, factor angiogenik,
sEng, PP 13, P-selektin, skrining
ABSTRACT
Pre-eclampsia (PE) is a syndrome that complicates 3 to 5% of all
pregnancies and is responsible for a high rate of maternal and fetal
morbidity and mortality. Proposed predicting tests for early detection
of pregnant women destined to develop pre-eclampsia remain
unsatisfactory. Although no major progress has been achieved in the
treatment of PE, our ability to identify women at highrisk has increased
considerably during the past decade. Early detection or prediction of
PE with highly sensitive and specific markers is desirable. Multi models
used to prediction of preelampsia for example is uterine artery, spiral
artery, color Doppler, placental volume, HCG, PAPP-A, ADAM12,
angiogenic factor, sEng, PP 13, P-selectin, etc. This journal focuses on
prediction of preeclampsia in pregnancy based on multifactorial
predictive model, for the prediction of late and early PE. At present,
there is no single screening test clinically useful for the prediction
of preeclampsia. Although the observed positive and negative likelihood
ratios may recommend its inclusion in a combined screening test for
preeclampsia. This jounal focuses on prediction of preeclampsia based on
mutifactorial predictif models, for prediction early and late onset
preeclampsia.
Key Word: Prediction, preeclampsia, uterine artery, spiral artery,
color Doppler, placental volume, HCG, PAPP-A, ADAM12, angiogenic factor,
sEng, PP 13, P-selectin, screening
PENDAHULUAN
Preeklampsia (PE) adalah sindrom yang merupakan komplikasi 3-5% dari
seluruh kehamilan dan bertanggung jawab terhadap tingginya tingkat
morbiditas dan kematian ibu dan janin (Sibai et al., 2005). Preeklampsia
(PE) adalah sindrom heterogen yang spesifik pada kehamilan yang
didefinisikan sebagai permulaan baru-atau peningkatan secara
tiba-tiba-hipertensi dan proteinuria setelah kehamilan 20 minggu.
Umumnya diterima bahwa PE adalah gangguan dua-tahap yaitu yang pertama,
sebuah gangguan awal pembentukan plasenta dan, kedua yaitu pelepasan
faktor angiogenik plasenta yang menyebabkan disfungsi endotel. Ini
menunjukkan bahwa meskipun manifestasi sindrom klinis tampak pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu, substrat patogenik telah telah dibuat
pada semester pertama kehamilan (LaMarca et al., 2008).
PE berpengaruhi pada sekitar 2-8% dari kehamilan dan merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas janin dan ibu di seluruh dunia,
terutama dalam kasus pada onset awal kehamilan (≤ 34 minggu) (Sibai et
al., 2003). Beberapa faktor yang diketahui, seperti PE pada kehamilan
sebelumnya, atau hipertensi kronis, berhubungan dengan peningkatan
risiko perkembangan preeklampsia (PE). Saat ini, tidak ada tes klinis
tunggal yang berguna untuk prediksi PE (Conde-Agudelo et al., 2004).
Penilaian risiko prenatal untuk PE, berdasarkan riwayat ibu, hanya bisa
mengidentifikasi sekitar 30-40% dari kasus PE untuk tingkat positif
palsu antara 10-20% (Papageorghiou et al., 2005).
BEBERAPA CARA UNTUK PREDIKSI PREEKLAMPSIA
Arteri Uterine dan Riwayat Ibu
Kinerja Uta Doppler sendirian untuk memprediksi PE pada awal
trimester pertama sejauh ini kurang berguna pada populasi berisiko
tinggi yaitu 81,8% dengan Uta Doppler dan 28,6% dengan riwayat ibu.
Diperkirakan tingkat deteksi pada trimester pertama dengan Uta Doppler
masing-masing untuk akhir dan awal PE sekitar 25% dan 50-60%, (Martin et
al., 2001; G'omez et al, 2005.; Melchiorre et al., 2008).
Aliran Darah Arteri Spiralis dengan Color Doppler
Referensi bervariasi untuk PI, RI dan SD ratio dibandingkan dengan
hasil laporan sebelumnya oleh beberapa penulis (Murakoshi et al., 1996;
Hung et al., 1997), meskipun interval waktu pengukuran berbeda yaitu:
kehamilan minggu ke 11-24 dalam studi kami versus minggu ke 13-25 dalam
studi Hung dan minggu ke 18-41 dalam studi Murakoshi dalam memprediksi
preeklampsia.
Volume Plasenta dan Pola Aliran Vili Vaskular
Hafner et al (2006) menyimpulkan PQ (PQ placenta volume = / CRL
crown-rump length) tidak terlalu memuaskan untuk penyaringan preeklamsia
pada populasi dengan tingkat risiko preeklampsia rendah dengan
sensitivitas 38,5%.
Human Chorionic Gonadotrophins (hCG)
Konsentrasi β hCG sebagai prediktor preeklampsia, tingkat deteksinya
berkisar antara 5,1-8,4% (De Leon et al., 2004; Dugoff et al., 2004;
Krantz et al., 2004; Pihl et al., 2008; Spencer et al, 2008).
Plasma Protein A Terkait Kehamilan
Poon et al. (2009) menemukan adanya hubungan yang signifikan antara
serum Papp-A dan usia kehamilan pada saat persalinan dengan
preeklampsia, yaitu masing-masing dengan tingkat rendah sekitar 20% dan
7% dari kehamilan pada awal onset (<34 minggu) dan akhir-onset (>
34 minggu). Pada trimester pertama, hanya 8-23% dari kasus preeklampsia
yang memiliki tingkat serum di bawah persentil ke-5 (Smith et al., 2002;
Dugoff et al, 2004.; Spencer et al., 2005; Spencer et al, 2008).
A Disintegrin dan Metalloproteases (ADAM 12)
Untuk tingkat positif palsu 5% hanya bisa mendeteksi 26,6% dari
preeklampsia (Cowans dan Spencer, 2007; Poon et al., 2008; Spencer et
al., 2008).
Faktor Angiogenik
Faktor angiogenik dan anti-angiogenik individu tidak berkinerja baik
dalam mengidentifikasi preeklampsia secara keseluruhan; khususnya,
dalam memprediksi masa preeklampsia. Sebaliknya, kombinasi dari analisis
seperti rasio PlGF/sEng, memiliki kinerja terbaik sebagai prediktif
dengan sensitivitas 100%, spesifisitas
98-99% dan rasio kemungkinan untuk tes positif masing-masing 57,6,
55,6 dan 89,6, untuk memprediksi preeklamsia secara dini (Kusanovic
et al., 2009). Pengujian gabungan maternal serum PlGF dan Papp-A dapat
mengidentifikasi sekitar 20% dengan tingkat positif palsu (FPR;
false-positif rate) 5% (Poon et al., 2008).
Endoglin Terlarut (soluble endoglin; sEng)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat sEng yang meningkat
pada trimester pertama pada wanita dengan akhir-onset preeklampsia
selanjutnya, peneliti lain tidak menemukan perbedaan tingkat sEng antara
perempuan dengan preeklampsia dan kontrol sebelum minggu ke 16 (Rana et
al., 2007; Baumann et al., 2008).
Protein Plasenta 13 (PP-13)
Chafetz et al (2007) menggunakan pengujian serum PP13 pada minggu ke
9-12 untuk memprediksi preeklampsia berikutnya dengan sensitivitas 79%
dengan spesifisitas 90%.
P-Selektin
P-selektin diidentifikasi sebagai penanda terbaik dalam membedakan
antara kontrol dan PE (Banzola et al., 2007). Bosio et al. (2001)
melaporkan suatu wilayah di bawah ROC (receive-operating characteristic)
0,93 pada minggu ke 10-14 dan NPV mendekati hingga 100% untuk
P-selektin dalam memprediksi preeklampsia.
Perubahan Ukuran Platelet dan Peningkatan Volume Platelet
Penelitian crosssectional memberikan bukti bahwa penurunan PLT dan
meningginya MPV memiliki sensitivitas 90% dan spesifisitas 83,3% dalam
memprediksi preeklampsia (Howarth et al., 1999). Sensitivitas dan
spesifisitas MPV pada kehamilan 24-28 minggu dengan nilai cut-off
sebesar 8,5 fl untuk memprediksi pre-klampsia adalah masing-masing 78%
dan 86% (Walker et al, 1989.; Hutt et al., 1994).
Rasio Lingkar Pinggang (WHR; waist to circumference ratio)
Penggunaan WHR dalam memprediksi perkembangan preeklampsia mempunyai sensitivitas 46,2% (Yamamato et al, 2001).
DISKUSI
Masing-masing metode yang digunakan untuk memprediksi preeklampsia
mempunyai tingkat sensitifitas yang berbeba-beda pada usia kehamilan
yang berbeda. Untuk Uta Doppler sendiri kurang berguna pada trimester
pertama yaitu kira-kira 25% dan dapat meningkat menjadi 50-60% pada
trimester kedua dalam memprediksi preeklampsia. Sedangkan untuk prediksi
preeklampsia dengan informasi riwayat ibu yaitu sekitar 28,6% (Martin
et al., 2001; G'omez et al, 2005.; Melchiorre et al., 2008). Prediksi
dengan penurunan volume plasenta dan pola aliran vili vaskular dapat
mendeteksi preeklampsia mulai sejak usia kehamilan 11-14 minggu, tapi
kurang memuaskan karena hanya dapat mendeteksi dengan sensitivitas 38,5%
(Hafner et al., 2006). Sedangkan untuk prediksi dengan penurunan
konsentrasi β hCG mempunyai nilai lebih rendah lagi yaitu berkisar
antara 5,1-8,4% untuk usia kehamilan yang sama (De Leon et al., 2004;
Dugoff et al., 2004; Krantz et al., 2004; Pihl et al., 2008; Spencer et
al, 2008). Untuk prediksi dengan menggunakan menurunnya kadar serum
PAPP-A dapat mendeteksi preeklampsia hanya sekitar 20% pada onset awal
kehamilan ((<34 minggu) dan hanya 7% pada onset akhir kehamilan (>
34 minggu) (Poon et al., 2009).
Pendeteksian preeklampsia dengan menggunakan menurunnya kadar
ADAM-12 juga dapat digunakan pada trimester pertama yaitu tetapi dengan
tingkat deteksi hanya sebesar 26,6%, sehingga pendeteksian dengan
menggunakan ADAM-12 saja kurang bernilai dalam prediksi preeklampsia
(Cowans dan Spencer, 2007; Poon et al., 2008; Spencer et al., 2008).
Sedangkan penggunaan faktor angiogenik dan anti-angiogenik individu
tidak berkinerja baik dalam mengidentifikasi preeklampsia secara
keseluruhan; khususnya, dalam memprediksi masa preeklampsia. Sebaliknya,
kombinasi dari analisis seperti rasio PlGF/sEng, memiliki kinerja
terbaik sebagai prediktif dengan sensitivitas 100%, spesifisitas 98-99%
dan rasio kemungkinan untuk tes positif masing-masing 57,6, 55,6 dan
89,6, untuk memprediksi preeklamsia secara dini atau pada trimester
pertama yang mungkin dapat mendeteksi preeklampsia pada usia kehamilan
16 minggu (Kusanovic et al., 2009; Rana et al., 2007; Baumann et al.,
2008).
Cara lain dalam prediksi preeklampsia dapat menggunakan pengujian
berkurangnya serum PP13 yang dapat dimulai pada minggu ke 9-12, dimana
dapat memprediksi preeklampsia berikutnya dengan sensitivitas 79% dengan
spesifisitas 90% (Chafetz et al., 2007). Bahkan meningkatnya P selektin
dapat mengidentifikasi preeklampsia pada kehamilan minggu ke 10-14
dengan ROC (receive-operating characteristic) dan NPV mendekati hingga
100% (Bosio et al., 2001).
Cara sederhana untuk pendeteksian preeklampsia dapat juga dengan
mengetahui penurunan PLT dan meningginya MPV memiliki sensitivitas 90%
dan spesifisitas 83,3% (Howarth et al., 1999). Sensitivitas dan
spesifisitas MPV pada kehamilan 24-28 minggu dengan nilai cut-off
sebesar 8,5 fl untuk memprediksi preeklampsia adalah masing-masing 78%
dan 86% (Walker et al, 1989.; Hutt et al., 1994). Cara sederhana lain
yang dapat digunakan yaitu dengan pengukuran meningkatnya WHR yang mana
dapat memprediksi perkembangan preeklampsia dengan sensitivitas sekitar
46,2% (Yamamato et al, 2001).
KESIMPULAN
1. P-selektin diidentifikasi sebagai penanda tunggal terbaik dalam
membedakan antara kontrol dan preeklampsia yang dapat mendeteksi pada
kehamilan mulai minggu ke 10-14 dengan wilayah ROC dibawah
(receive-operating characteristic) 0,93 dan NPV mendekati hingga 100%.
2. Cara yang terbaik adalah dengan kombinasi beberapa cara. Cara
kombinasi yang memiliki kinerja terbaik adalah kombinasi dari analisis
rasio PlGF/sEng, yang memiliki nilai prediktif dengan sensitivitas 100%,
dan spesifisitas 98-99% yang dapat memprediksi preeklamsia secara dini
atau pada trimester pertama yang mungkin dapat mendeteksi preeklampsia
pada usia kehamilan 16 minggu.
KEPUSTAKAAN
1. Anna RD, et al. First trimester serum PAPP-A and NGAL in the
prediction. In: Anna RD, et al, editor. John Wiley & Sons Ltd.
2009; 20: 1066-68.
2. Lee LC, et al. Mid-trimester b-hCG levels incorporated in a
multifactorial. In: Lee LC, et al, editor. John Wiley & Sons Ltd.
2000; 20: 738-43.
3. Hertig A, Liere P. New markers in preeclampsia. In: Hertig A, Liere P, editor. ScienceDirect Elvesier. 2010.
4. Herraiz I, et al. Application of a first-trimester prediction
model for pre-eclampsia based on uterine arteries and maternal history
in high-risk pregnancies. In: Herraiz I, et al, editor. Wiley
InterScience. 2009; 29: 1123–29.
5. Duerloo KL, et al. Color Doppler ultrasound of spiral artery
blood flow forprediction of hypertensive disorders and intra uterine
growth restriction: a longitudinal study. In: Duerloo KL, et al, editor.
Wiley InterScience. 2007; 27: 1011–6.
6. Zhong Y, et al. First-trimester assessment of placenta function
and the prediction of preeclampsia and intrauterine rowth restriction.
In: Zhong Y, et al, editor. Wiley InterScience. 2010; 30: 293–308.
7. Dundar O, et al. Longitudinal study of platelet size changes in
gestation and predictive power of elevated MPV in development of
pre-eclampsia. In: Dundar O, et al, editor. Wiley InterScience. 2008;
28: 1052–6.
8. Yamamoto S, et al. Waist to Hip Circumference Ratio as a
Significant Predictor of Preeclampsia, Irrespective of Overall
Adiposity. In: Yamamoto S, et al, editor. Department of Obstetrics and
Gynecology Faculty of Medicine Kagoslzirna University. 2001; 27:
27-32.
Literatur : DOWNLOAD DI SINI
Tulisan ini dapat juga dibaca pada blog saya yang lain (klik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar